Sebelum
pulang aku mengantar Dennis ke ruangan sepakbola, setelah itu aku pamit untuk
pulang terlebih dahulu. Aku sempat duduk di depan ruangan itu untuk beristirahat
setelah upacara dan di dalam ruangan aku melihat selusin bola, dispenser, madding kegiatan, loker
anak-anak klub dan tepat di atas loker itu ada buku tulis, pajangan berbentuk
bola dan juga TOA.
Beberapa
menit sebelum aku beranjak dari bangku warung itu untuk menolong anak SMA yang
terjatuh, aku mengirimkan pesan kepada Dennis. Karna sedikit waktu yang aku
punya, jadi isi pesannya seperti ini.
“Warung bawa TOA, fast!”
Setelah dipukuli oleh
anak-anak itu, aku melihat Dennis tepat dibelakang tembok tikungan, puluhan
meter di depan mataku. Tanpa harus aku intruksikan Dennis sudah bisa membaca situasi yang sedang terjadi. Kemudian dia menyalakan sirene yang ada
pada TOA dan juga berbicara dengan sangat lantang, sehingga anak-anak
berandalan itu langsung pergi ketakutan.
Anak SMA ini dengan temannya hanya sedang berjalan
melewati segerombolan anak-anak berandalan tadi. Ternyata sekumpulan anak-anak
tadi sedang menunggu musuhnya yang lewat. Musuh disini mungkin maksudnya
anak-anak SMA lain yang tawuran sama mereka. Tapi mereka salah sasaran, mereka
sangka kedua anak tadi adalah anak SMA yang menjadi musuhnya. Pantas saja
ketakutan, orang gak salah apa-apa kok tiba-tiba mau dipukulin. Apa begini pola
pemuda jaman sekarang? Lebih baik ke masa-masa dulu, cupu, kuper, tapi damai,
bahkan bersahabat.
Setelah kejadian itu aku jadi berpikir, beginikah pola
kehidupan pelajar, remaja, pemuda di negeri ini? Bukankah tingkatan seperti itu
seharusnya bisa memberikan contoh yang baik, saling bergandeng tangan untuk
menghadapi masa depan yang akan sangat berat untuk dihadapi karena adanya
perekonomian global. Apa yang kita bisa berikan pada negeri ini?

No comments:
Post a Comment