Tepat hari ini 10 November, diperingatinya hari Pahlawan.
Pah-la-wan, apa itu? Seperti apa sosok pahlawan? Bagaimana bisa seorang yang
tidak kita ketahui bagai mana track
record-nya, tanpa melihat secara langsung dengan mata kepala kita sendiri, yang
kita hanya bisa dengar dari orang tua kita, guru, kepala sekolah, dosen, teman,
bahkan media massa bisa menjadi seorang pahlawan. Dulu. Pahlawan itu berjuang
membela negeri ini, melawan pajajah, memberantas penjajah, mengusir penjajah,
hingga Negara ini “Merdeka”. Oke, bukan hingga merdeka, tapi hingga memiliki status
“Merdeka”. Mengapa status? Jangan mulai dari pemikiranku, diluar sana masih
banyak orang lain yang mengganggap bahwa Negara ini memang belum merdeka kok.
Masih
dijajah oleh kemiskinan, mengkayakan dan menyelamatkan diri sendiri dan keluarga,
subsidi hanyalah kesenangan sementara, kabar gembira sepintas, seperti
iklan-iklan ekstrak di televisi masa kini. Sengketa tanah saja diributkan,
padahal para pahlawan berebut tanah dengan penjajah, jaman sekarang dengan
tetangga sendiri. Gila! Jadi apa yang bisa mempersatukan Negara ini?
Sepertinya
aku tau. Hal-hal merugikan, jahat dan negatif yang bisa mempersatukan negeri
ini. Merokok bisa buat otang berkomunikasi, akrab hanya dengan meminjam korek,
membakar sampah dan menghisap asapnya ke dalam tubuh mereka. Penjual sabu atau
narkoba, bisa memiliki banyak link, bahkan sampai tingkat internasional. Maling
motor, bukan, orang yang main hakim sendiri mukulin maling motor sampai babak
belur bahkan sampai maling itu hilang nyawa, satu RT bisa bersatu. Jangan lihat
karna dia maling jadi wajar sampai babak belur, tapi warga sudah menghilangkan
nyawa seseorang, membuat mati, mereka bersatu untuk membunuh. Padahal tak
jarang orang-orang dalam satu RT itu di belakang saling membicarakan sikap si A
seperti ini, si B uangnya haram, yang ini begini yang itu begitu.
Rintik
air dari atap bumi menyentuh lantainya. Mungkin banyaknya tetesan air hujan ini
tidak bisa menggambarkan perasaan beliau. Para Veteran. Yang kita lihat di
media itu mungkin hanya segelintiran saja, bahkan mereka yang ada di media pun
hanya di undang pada tanggal-tanggal merah nasional. Bagaimana dengan yang
lain? Yang tidak terlihat, tidak diliput, tidak diketahui tinggal dimana, di hutan,
pelosok Indonesia atau sudah di alam yang berbeda. Mereka yang berjuang,
berperang melawan penjajah, entah bagaimana keberadaan keluarganya, rumahnya
seperti apa, tidak mereka pikirkan, yang terpenting adalah membela negri ini. Setelah
penjajah itu berhasil diusir dari sini, mereka pulang dengan semangat, senang, haru,
bangga membawa kemenangan untuk negara, istri, anak, cucu, cicitnya di masa
yang akan datang. Tapi perubahan nasib tidaklah datang juga.
Sampai
akhirnya datanglah penjajah yang bertopeng, bermuka dua, tidak, seribu,
penjajah yang berasal dari negeri sendiri. Seperti pada film-film agen rahasia,
orang yang bisa menyusup menjadi siapapun tanpa ada orang yang tau identitas
asli, tujuan dan maksudnya apa. Tapi dia memiliki “misi”.
Sangat
nyata aku lihat saat veteran bernama Shigeru Ono tentara asli Jepang yang
memilih tinggal di Indonesia dan berjuang bersama rakyat Indonesia untuk
mengusir para penjajah. Pada satu kesempatan beliau bilang sangat sedih melihat
kondisi Indonesia saat ini. Hampir setiap hari orang masuk ke penjara karena
kasus korupsi, satu keluarga mengkayakan diri untuk membuat dinasti sementara
para veteran mati. Bukan hanya mati fisik tapi mati juga harapan mereka. Bahkan
bapak Shigeru Ono bilang seperti ini
“Saya
merasa sedih melihat Indonesia sekarang. Dulu kami semua bertempur mati-matian.
Sekarang korupsi dimana-mana, saya merasa perjuangan saya dan kawan-kawan pada
masa penjajahan itu jadi sia-sia”.
Ingatkah.
“Bangsa
yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa pahlawannya”.
Bangsa
seperti apa Indonesia ini ketika sebuah bangsa sudah membuat salah satu
pahlawan merasa perjuangannya sia-sia. Ini baru yang diliput, yang diketahui
keberadaannya. Bagaimana yang tidak, sebanyak apa yang tidak diketahui
keberadaannya. Pikirkanlah sendiri.
========================= Surat Untuk Pahlawan ========================
Pahlawanku,
terima kasih untuk jerih payahmu. Membela negeri ini, melindungi negeri ini. Mengusir
para penjajah sehingga mereka tidak kembali lagi. Setidaknya kondisi saat ini
sudah tidak perlu adanya pertumpahan darah. Terima kasih atas perjuanganmu untuk
kami, orang yang tidak tau bagaimana caranya membalas jasa-jasamu. Kau dulu yang
berjuang, kami sekarang yang menikmati. Tak banyak yang bisa kami perbuat,
mengurusi para pelaku korupsi pun terlalu banyak. Seakan-akan tiada habisnya.
Kau
dulu 25 jam non stop memikirkan akan diserang atau menyerang. Hari ini
orang-orang hanya bisa menulis ucapannya di social media, seakan-akan mereka
menghargai kalian, padahal hanya ingin terlihat peduli oleh teman, gebetan ,
calon gebetan. Tidak ada action. Oh, aku lupa, ada action dari mereka, mengetikkan
#SelamatHariPahlawan hingga menjadi Trending Topic World Wide.
Maafkan
kami yang tidak bisa ikut berjuang bersamamu waktu dulu. Terima kasih dari seluruh hidupku saat ini, karena kau telah menfasilitasi kami dengan hidup tenang. Perjuanganmu tak akan kami sia-siakan.
Kami akan memajukan bangsa ini,
melindas para tikus-tikus nakal dan menghapuskan rintihan kemiskinan. Akan kami
buat Indonesia ini mandiri, hasil alam yang bisa kita olah sendiri, sumber daya
manusia yang dapat kami maksimalkan sehingga semua warga Indonesia sejahtera
tanpa terkecuali. Hingga akhirnya kami bisa merenovasi makammu yang keramiknya
sudah retak atau bahkan hanya rata di atas tanah tanpa batu nisan. Terima kasih, para Pahlawanku.

No comments:
Post a Comment